Walaupun sudah kupersiapkan untuk mengungkapkan semua
rencana itu, toh aku merasa sedih dan nelongso juga. Aku tak bisa menahan air
mata ini meleleh membasahi pipiku ketika aku tak sengaja menemukan sepucuk
surat yang ditulis ibunya, mertuaku. Di dalam suratnya itu tergores rasa
sedihnya. Dijelaskan di sana bahwa beliau sangatlah mendambakan seorang cucu.
Namun, hal itu tak kunjung datang. Setahun, dua tahun, tiga tahun, hingga
sekarang masuk tahun ke tujuh tak jua datang tanda-tanda. Sebagai seorang wanita,
aku cukup peka dan tahu diri atas kekuranganku ini. Oleh sebab itu sebenarnya
aku sudah mengatur saat yang tepat untuk menyampaikan rencana yang kususun
berdasarkan ketulusan, keikhlasan, dan kasih sayang. Walaupun mungkin cukup
mengagetka hati suamiku.
Ya
……………………hampir kami tak pernah bertengkar. Suamiku sungguh sangat menyayangiku
apa adanya. Dan aku sendiri juga sangat mencintai dia dengan sepenuh hati.
Apalagi dia adalah sosok suami yang menyenangkan dan nyaris tak punya
kekurangan.
............................................................................................................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar